Sufi besar, Syeikh Abdussamad Al-Falembani menulis dalam kitab Siyarus Salikin tentang tauhid ini. Beliau berkata: Tauhid ini, bahwa seseorang tidak melihat dalam wujud alam ini melainkan zat Tuhan yang Esa yang wajibul wujud, yaitu pemandangan orang Shiddiqin yang ‘arifin. Di namakan ia oleh ahli shufi akan fana dalam tauhid. Maka tiada melihat ia akan dirinya karena batinnya itu karam dengan memandang akan zat Tuhan yang Esa yang sebenarnya. Itulah yang dimaksud dengan kata Abu Yazid Al-Bustami setelah memandang akan zat Tuhan yang Esa itu, “ia telah melupakan aku mengingat diriku”. Ini adalah puncak orang mentauhidkan Allah Ta’ala. Dan dinamakan tauhid ini dengan tauhid khawasul-khawwas. Dan inilah makna لا اله الا الله itu لا موجود الا الله (tiada yang maujud sebenarnya melainkan wujud Allah Ta’ala yang Esa yang tiada baginya seumpama sesuatu berdiri ia dengan sendirinya. Seperti yang tersebut dalam hadis nabi:
كَانَ اللهُ وَلَا شَيْئَ مَعَهُ
Adalah Allah Ta’ala itu, dan tiada sesuatu sertanya.
Demikian Syeikh Abdussamad Alfalembani.
Demikianlah yang terjadi atas wali-wali Allah, mereka telah mengalami perjalanan spiritual tinggi ini, mereka mengingat Allah dengan hati, gerak tubuh, dengan mata, telinga, hidung dan segala anggota tubuh mereka berada dalam satu kesatuan dzikir kepada Allah SWT. Bahkan karena begitu tingginya cinta dan kerinduan mereka kepada-Nya hingga membuat diri menjadi lupa dan dunia ini keseluruhannya telah tiada dalam kehidupan mereka, menafikan segala hal kecuali Allah SWT. Maka keadaan seperti inilah yang terjadi kepada Hamzah Fansuri, seorang wali Allah yang berasal dari negri samudra (aceh). Para sejarawan setuju mengenai ke-wali-an beliau kepada Allah banyak orang mengatakan beliau adalah sang hamba yang sudah berpaham wujudiah.
Namun banyak orang yang menyalahi akan ajaran ini, yang mengatakan bahwa segala wali-wali Allah adalah sesat karena mereka beranggapan paham wujudiah tidaklah benar. Tapi apakah betul demikian? Apakah paham wujudiah yang dibawa oleh hamzah fansuri dan wali Allah lainny adalah sesat ? atau memang ajaran ini haram untuk kita pelajari ? insyallah dalam buku ini Abuya Muhibbuddin Waly akan menjelaskannya.
Judul Buku :
Paham Wujudiah - Kontroversi Wujudiah Dalam Sejarah Aceh
Karya :
Abuya Prof. Dr. Tgk. H. Muhibbuddin Waly Al-Khalidy
Tema
Ilmu Tauhid
Penerbit :
Al-Waaliyyah Publishing
Tahun Penerbit :
2015 M /1437 H
Daftar Isi :
KATA PENGANTAR EDITOR
Tgk. Habibie M. Waly S.Th
KATA PENGANTAR
Pim. Dayah Raudhatul Hikmah Alwaliyyah
MUQADDIMAH PENULIS
PENGENALAN TAUHID SECARA GLOBAL
a. Berbagai Nama Ilmu Tauhid
b. Muqaddimah Ilmu Tauhid
c. Tauhid Dalam Arti dan Pengertian Mengetahui Sesuatu adalah Esa
AQIDAH ISLAMIYAH YANG MUSTAQIM
a. Pengertian Aqidah
b. Aqidah Pada Masa Hidup Rasulullah SAW
c. Perselisihan Paham Setelah Rasulullah Wafat
PERKEMBANGAN & KEBERADAAN ISLAM DI ACEH, DULU DAN SEKARANG SERTA KONTROVERSI DOKTRIN WUJUDIYAH BAGI ULAMA ACEH
a. Muqaddimah
b. Pengertian Ulama dan Kedudukannya
c. Ulama Aceh Zaman Dahulu
· Syeikh Hamzah Fansuri
· Syeikh Syamsuddin As-Sumatrani
· Syeikh Nuruddin Ar-Raniry
· Syeikh Abdurarauf As-Singkily
d. Kontroversi Doktrin Wujudiyah dalam Sejarah Aceh
· Wahdatul Wujud, Konsep dan Perkembangannya
· Wahdatus Syuhud, Konsep dan Perkembangannya
· Perbedaan antara Wahdatul Wujud dan
Wahdatus Syuhud
· Kontroversi Konsep Aqidah Wujudiyah Dalam Sejarah Aceh
e. Pandangan Abdurrauf Tentang Wahdatul Wujud
HAKIKAT HIKMAH TUJUAN AQIDAH ISLAMIAH YANG BENAR
a. Unsur-unsur Ilmu Makrifat
b. Beberapa Ulama Aceh yang Telah Mencapai Makrifatullah
c. Mengenai Dengan Perkembangan Thariqat Di Nanggro Aceh Darussalam
Untuk Pemesanan :
Bisa Hubungi kami di : 085260020042
0 komentar:
Post a Comment